Sabtu, 13 Juni 2009
PARADIGMA GURU SERTIFIKASI SENIOR
Saya tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Justeru saya balik bertanya pada guru terebut. Saya bertanya begini " Tujuan pembelajaran matematika di sekolah itu untuk apa ?, apakah hanya sekedar untuk membekali siswa untuk mengikuti Ujian Nasional ?. Akhirnya saya berdebat dengan teman guru tersebut. Saya bilang begini ; Kalau pembelajaran matematika di sekolah itu hanya untuk membekali siswa dalam menghadapi Ujian Nasioanl, ya nggak perlu pakai metode yang macem-macem, langsung saja memakai metode drill. Berarti fungsi sekolah tak ubahnya bimbingan belajar. Kalau menurut saya pembelajaran matemtika itu diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan daya nalar siswa sehingga dapat berfikir secara logis, kreatif dam inovatif. Jadi menurut saya materi melukis segitiga itu justeru sangat penting dibelajarakan kepada siswa. Bersambung .......
Jumat, 17 April 2009
SERTIFIKASI OH SERTIFIKASI
Sebenarnya benar enggak sih cara mendiknas mensertifikasi guru itu. Orang sertifikasi kok cuman diperoleh dengan cara kumpul-kumpul. Yang namanya guru yang telah bersertifikat itu artinya kan guru profesional. Guru profesional itu kan belum tentu guru yang masa kerjanya lama dan umurnya tua. Guru yang masih mudapun sebenarnya banyak yang profesional. Guru profesional itu seharusnya bisa mengembangkan kreativitas anak didiknya sesuai denga bidang studi yang diajarkannya. Sertifikasi kalau hanya seperti ini lebih baik nggak uash aja lah. Kalau tujuannya hanya untuk meningkatkan kesejahteraan guru lebih baik lagsung aja lah naikkan gajinya secara wajar, nggak usah pakai embel-embel sertifikasiyang menghabiskan anggaran.Mubazirrr ...
Sabtu, 17 Januari 2009
PANDANGAN Dr. MARSIGIT TENTANG INOVASI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Menurut Dr. Marsigit agar guru matematika dapat melayani berbagai kebutuhan siswa dalam belajar, maka gaya mengajar tradisional yang berpusat pada guru perlu diubah menjadi gaya mengajar yang berpusat pada siswa. Dengan gaya mengajar yang berpusat pada siswa selain dapat melayani kebutuhan siswa dalam belajar matematika juga dapat :
Meningkatkan prestasi belajar matematika
Mendorong siswa belajar matematika secara aktif
Mengembangkan alat peraga.
Mendorong kerja sama.
Sehingga guru perlu membuat RPP dengan kualitas yang lebih tinggi yaitu RPP kualitas kedua.
Menurut Dr. Marsigit pengembangan metode dan model pembelajaran matematika juga dapat mengatasi kesulitan-kesulitan pelayanan guru terhadap berbagai kebutuhan atau tuntutan siswa dalam belajar matematika. Jadi dalam hal inovasi pendidikan matematika guru matematika perlu mengembangkan model-model pembelajaran matematika dan dapat mewujudkan pemilihan satu atau beberapa metode secara dinamis dan fleksibel. Metode-metode yang dapat dipilih dalam proses belajar mengajar matematika antara lain :
Metode eksposisi
Metode diskusi
Metode latihan dan pemberian tugas
Metode penemuan
Metode problem solving
Penggunaan alat peraga/alat Bantu pembelejaran menggunakan teknologi modern.
Selain itu menurut Dr. Marsigit agar guru matematika sukses dalam mendidik siswa-siswanya, inovasi pendidikan matematika yang dilakukan adalah dalam pembelajaran matematika antara guru dan siswa sinergis untuk bersama-sama saling menterjemahkan dan diterjemahkan.
Demikian, secara singkat pandangan Dr. Marsigit tentang inovasi pendidikan matematika yang dapat saya rangkum dari berbagai artikel Dr. Marsigit dan dari kuliah “Perencanaan Pembelajaran Matematika”. Karena keterbatasan saya tentu saja maisih banyak inovasi-inovasi pendidikan matematika menurut pandangan Dr. Marsigit yang belum tertulis di sini. Untuk itu kepada para pembaca yang budiman dimohon untuk memberikan kontribusinya pada komentar. Atas berkenannya saya sampaikan banyak terima kasih.
“ Sebenar-benarnya hidupmu adalah doamu (Dr. Marsigit)”, Maka marilah kota berdoa semoga dapat menjadi guru matematika yang inovativ sehingga dapat melayani kebutuhan siswa dalam belajar matematika sebaik-baiknya. Amin-Amin YaRobbalalamin..
THE OPINION Dr. MARSIGIT ABOUT INOVATION MATHEMATIC EDUCATION
According Dr. Marsigit in order that mathematic teacher can serve various students need in study mathematic, increase achievement study mathematic, motivate student study mathematic according active, develop instrument model, and motivate cooperation, style teaching traditional which concentrated in teacher necessary change to become style teaching which concentrated in student. Until the teacher necessary to make lesson plan with quality which more high, that is lesson plan second quality.
According Dr. Marsigit developing of method and model learning mathematic also can contend difficulty’s servicing teacher toward various student’s needs or student’s demands in study mathematic. Become in matter innovation mathematic education the teacher of mathematic need development models mathematic learning and can give shape poll one or a few method as if dynamic and flexible. The methods mentioned are :
Exposition method
Discussion method
Exercise and given order method
Discovery method
Problem solving method
Using instrument a model or instrument assist learning use modern technology.
Beside that, according Dr. Marsigit in order that the teacher of mathematic success in educate the students, innovation of education mathematic which to do is in learning mathematic between teacher and students synergy for together mutually translate and be translate.
So, as if brief the opinion Dr. Marsigit which I can armful from various Dr. Marsigits articles and from lesson “lesson plan mathematic” from Dr. Marsigit.
Then if there one still lack, I hope to reader to complete in comment. Upper your contributes I very thank.
“ Actually your life is your pray ( Dr. Marsigit )”, so lets we pray I hope that able to become the teacher of mathematic which innovative until can serve students needs in study mathematic with as good as. Amin-Amin- YaRoobal Alamin.
Rabu, 07 Januari 2009
MAKALAH UPAYA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Sebagian besar siswa masih menganggap bahwa pelajaran matematika termasuk mata pelajarn yang kurang menarik dan kurang menyenangkan. Bahkan siswa-siswa di sekolah-sekolah yang berada di pelosok atau pinggiran masih banyak yang menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit, memusingkan dan membosankan. Anggapan-anggapan yang “tidak simpatik” terhadap pelajaran matematika tersebut berdampak buruk terhadap pencapaian prestasi para siswa.
Selama asusmsi siswa terhadap pelajaran matematika masih negatif, sangat sulit bagi seorang guru untuk menuntaskan para siswanya dalam pembelajaran matematika sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang ditetapkan. Sebab apabila para siswa sudah mulai tidak menyukai pelajaran matematika, akan berakibat siswa menjadi malas berfikir yang diawali dengan malas berfikir dalam pelajaran matematika dan selanjutnya akan berdampak pada mata pelajaran lain yang memerlukan penalaran. Karena untuk semua jenjang pendidikan, materi pembelajaran matematika salah satunya adalah keterampilan penalaran, yang meliputi :
Memahami pengertian
Berfikir logis
Memahami contoh negatif
Berfikir deduksi
Berfikir induksi
Berfikir sistmatis dan konsisten
Menarik kesimpulan
Menentukan metode dan membuat alasan
Menentukan setrategi ( Ebbutt dan Straker, 195 )
Adanya para siswa menjadi tidak menyukai matematika ini salah satu penyebabnya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh sebagian guru matematika masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Yaitu menggunakan metode ceramah, menulis, dan mencatat yang monoton, searah, dan kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajran. Komitmen terhadap pembelajarn yang melibatkan siswa secara aktif sifatnya hanya jangka pendek. Akibat bagi siswa tidak banyak yang diingat dan sangat sedikit yang diterapkan.
Belajar matematika memerlukan ketrlibatan mental dan kerja siwa. Ceramah dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Guru dapat menceritakan berbagai materi dengan cepat namun siswa akan melupakan apa yang diceritakan oleh guru dengan lebih cepat.
Memang kelihatannya sekilas siswa tampak memahami apa yang disampaikan oleh guru, namun beberapa saat kemudian segala sesuatu yang dijelaskan oleh guru akan segera terlupakan. Hal ini terjadi karena siswa belum terlibat secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran.
Agar siswa dapat aktif baik secara fisik maupun mental, siswa harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan ( Melvin. L. Silberman, 2006 ).
Jadi guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memberikan siswa kesempatan untuk bergerak bebas ( moving about ) dan penuh gairah. Guru juga harus selalu memberikan motivasi agar siswa belajar dengan penuh semangat sehingga siswa mau berfikir keras ( thingking aloud ).
Di dalam belajar matematika siswa perlu mengerjakan, menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan. Siswa bisa belajar dengan sangat baik dari pengalaman konkrit.
Sebagian guru matematika tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan alasan tertekan oleh terbatasnya waktu. Ada keyakinan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif akan menyita terlalu banyak waktu. Sebetulnya para guru matematika tidak menerapkan pembelajran yang melibatkan siswa secara aktif karena tidak adanya saran konkrit yang cukup memadai tentang cara menerapkannya di dalam kelas.
Mengingat tidak mudahnya penyelenggaraan pembelajaran matematika, maka guru matematika dituntut untuk terus mengembangkan usaha-usaha pembelajaran matematika yang melibatkan siswa, agar tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai.
II.PEMBAHASAN
1. Inovasi Pendidikan
Terdapat beberapa konsep inovasi pendidikan yang menarik dan layak untuk dikaji dan dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Terdapat panca inovasi pendidikan yaitu :
1.Pendidikan Berbasis Masyarakat ( PBM )
2.Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ( MPMBS )
3.Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) yang sekarang dilanjutkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
4.Pendidikan Kecakapan Hidup ( PKH )
5.Pembelajaran Kontekstual ( PK ) ( Abdullah Syam, 2006)
Penekanannya terletak pada pentingnya kebutuhan siswa dan cara pemecahan masalah oleh siswa dengan menggunakan potensi yang ada di lingkungannya. Konsep kurikulum berbasis kompetensi mengembangkan paradigma learning for life and school work. Konsep tersebut dapat dijadikan dasar kegiatan pembelajaran sehingga terjadi pertautan/relevansi antara pembelajaran dengan kebutuhan nayata siswa.
Dalam KBK terdapat kompetensi dasar/kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa pada tingkatan tertentu. Kemampuan dasar melukiskan apa yang harus diketahui oleh siswa dan dapat dilakukannya pada kelas atau tingkatan tertentu.
Kemampuan dasar adalah kemampuan pokok yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti pendidikan pada kelas tertentu ( Sadiyo, 2001 )
KTSP menghendaki siswa tidak hanya memiliki aspek pengetahuan, tetapi juga kemampuan mengaplikasikan kompetensi/kemampuan itu dalam bentuk keterampilan, dan mengubah sikap kea rah yang positif.
Deskripsi kemampuan dasar merupakan satu kalimat yang mengandung skill dan materi dari masing-masing bahan ajar, meliputi : thingking, cognitive skill, social/emotional skill, motoric skill, dan moral skill ( Sadiyo, 2001 ). Kemampuan dasar pada masing-masing kelas harus mampu membedakannya denga kelas lain. Perbedaan terebut terjadi karena perbedaan skill ataupun perbedaan isinya.
Sistem pembelajaran berdasarkan kompetensi harus menekankan pembelajaran kecakapan dasar ( basic skill atau life skill ). Secara umu disebut pembelajaran 3C, yaitu Consience ( hati nurani ), Compassion ( kepedulian social ) dan Competence
( kecakapan ).
2. Syarat-syarat Guru Profesional
Guru yang professional perlu malakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, ada empat cirri guru yang efektif, antara lain yaitu :
1.Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas.
Kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas antara lain :
a.Memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan.
b.Memiliki hubungan baik dengan siswa.
c.Mampu menerima, mengakui, dan memeperhatikan siswa secara tulus.
d.Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar.
e.Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa.
f. Mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan
g.kegiatan pembelajaran.
h.Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam diskusi.
i.Mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.
2.Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran.
Kemampuan yang terkait dengan strategi pembelajaran antara lain :
a.Memiliki kemampuan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian.
b.Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda untuk semua siswa.
3.Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik ( feedback ) dan penguatan ( reinforcement ).
Kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan meliputi :
a.Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa.
b.Mampu memberikan umpan balik yang bersifat membantu siswa yang lamban belajar.
c.Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang belum benar.
d.Mampu memberikan bimbingan kepada siswa yang memerlukan.
4.Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri.
Kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri meliputi :
a.Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif.
b.Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran.
c.Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode dan model pembelajaran yang relevan.
Sedangkan syarat guru professional yang harus dipenuhi sesuai undang-undang guru dan dosen no. 14 tahun 2005 antara lain :
1.Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah ( pasal 1.1 )
2.Profesi guru dilaksanakan berdasarkan prinsip : memiliki bakat, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan ( pasal 7 : 1 )
3.Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudakn tujuan
pendidikan nasional ( pasal 8 )
4.Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan ( pasal 35;1 )
3. Pembelajaran Matematika
Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan :
“ Yang saya dengar saya lupa “
“ Yang saya lihat saya ingat “
“ Yang saya kerjakan saya pahami “
Pernyataan Konfusius tersebut mengisaratkan kepada guru matematika agar dalam pembelajaran matematika tidak sekedar menceritakan dan menerangkan. Karena siswa tidak akan bisa memahami dengan baik materi-materi yang diceritakan dan diterangkan oleh guru. Untuk bisa belajar matematika dengan baik, siswa perlu mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan, membahas dengan siswa lain, mengerjakan dengan caranya sendiri, menunjukkan contoh, mencoba, mempraktikkan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan. Jadi agar siswa dapat memahami matematika dengan baik sesuai yang diharapkan oleh guru, seorang guru matematika harus melibatkan siswa secara aktif baik fisik maupun mental agar siswa mengerjakan dan mengalaminya sendiri.
Sebab matematika pada hakekatnya adalah kreatifitas yang memerlukan emajinasi, intuisi, dan penemuan. Implikasi dari hakekat matematika ini, gruru tidak akan bisa melaksankan pembelajaran secara efektif hanya denga improffisasi ( tanpa perencanaan dan persiapan ). Guru matematika dituntut untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan melaksanakannya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus disusun agar memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
Menurut John Holt ( 1967 ), proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk :
1.Mengemukakan kembali infoemasi dengan kata-kata mereka sendiri.
2.Memberikan contohnya.
3.Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi.
4.Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
5.Menggunakan dengan beragam cara.
6.Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.
7.Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Apabila dalam pembelajaran matematika para siswa hanya pasif, maka otak siswa tidak akan menyimpan apa yang telah disajikan kepadanya. Pembelajaran matematika yang hanya didominasi oleh guru, sedangkan siswa tidak terlibat secara maksimal, maka siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa ingin tahu, tanpa bertanya, tanpa minat terhadap hasilnya kecuali nilai.
Sebaliknya, apabila pembelajaran matematika dikemas sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktif, maka siswa akan mengupayakan sesuatu tidak hanya berharap dari gurunya semata. Diantaranya, siwa akan menginginkan jawaban atas pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah-masalah, dan mencari cara untuk mengerjakan tugas.
Pelajaran matematika tidak selalu abstrak, tetapi bisa diajarkan dengan media yang konkrit, melaui buku-buku latihan dan mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing cara dalam menyajikan konsep akan menentukan pemahaman siswa.
Pembelajaran siswa aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini ( Schrouder ). Siswa masa kini cenderung untuk berkelompok dalam melakukan berbagai aktifitas. Sehingga siswa masa kini sebagian besar bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar bersama.
Agar pembelajaran matematika berlangsung efektif, dan siswa terlibat secara aktif, kegiatan yang sebaiknya dialkukan oleh siswa antara lain :
1.Diskusi dan proyek kelompok kecil.
2.Presentasi dan debat dalam kelas.
3.Pengalaman lapangan.
4.Simulasi.
Ada baiknya guru memberikan pelajaran singkat setelah berlangsungnya pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif guna menghubungkan antara apa yang dialami siswa dengan konsep-konsep yang hendak disampaikan oleh guru.
4. Karakteristik Siswa
Ebbutt dan Straker ( 1995 : 60-65 ), memberikan pandangannya bahwa agar potensi siswa dapat berkembang dan mempelajari secara optimal, asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
a.Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah, guru perlu :
1.Menyediakan kegiatan yang menyenangkan.
2.Memperhatikan keinginan siswa.
3.Membangun pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa.
4.Menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar.
5.Memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
6.Memberikan kegiatan yang menantang.
7.memberikan kegiatn yang memberikan harapan keberhasilan.
8.Menghargai setiap pencapaian siswa.
b.Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah guru perlu :
1.Mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya.
2.Merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
3.Membangun pengetahuan dan keterampilan siswa.
4.Membuat catatan kemajuan siswa ( assessment ).
c.Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Implikasi dari pandangan ini, gru perlu :
1.Memberikan kesempatan untuk belajar kelompok untuk melatih kerja sama.
2.Memberikan kesempatan belajar secara klasikal untuk memberi kesempatan saling bertukar gagasan.
3.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri.
4.Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akan dilakukan.
5.Menjelaskan bagaiman cara mempelajari matematika.
d.Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Implikasi dari pandangan ini adalah, guru perlu :
1.Menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga.
2.Memberi kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan.
3.Memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan.
4.Mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika baik di sekolah maupun di rumah.
5.Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan matematika.
6.Membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.
5.Pembelajaran Matematika Efektif
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan efektifitas pembelajaran matematika. Oleh karena itu, guru harus membuat perencanaan dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi para siswa.
Perubahan paradigma dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran, sikap, dan karakteristik guru mutlak diperlukan.
Dalam menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang efektif setidaknya ada lima hal yang perlu dilakukan oleh guru, diantaranya yaitu :
1.Melibatkan siswa secara aktif.
2.Menarik minat dan perhatian siswa.
3.Membangkitkan motivasi siswa.
4.Memahami perbedaan individu.
5.Menggunakan alat peraga yang relevan.
Sebagian besar guru mengetahui bahwa keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Untuk itu hendaknya guru berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Beberapa cara yang dapat diterapkan oleh para guru matematika dalam pemebelajaran matematika, agar para siswa dapat terlibat secara aktif selama pembelajaran matematika anatara lain sebagai berikut :
1.Gunakan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan pembelajaran.
2.Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan menuntut respons yang aktif dari siswa.
3.Gunakan berbagai teknik mengajar, motivasi serta penguatan
( reinforcement ).
4.Masa transisi jam pelajaran hendaknyadialkukan secara cepat dan luwes.
5.Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai.
6.Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa.
7.Kenalilah dan bantulah anak-anak yang kurang terlibat.
8.Ingatkan pengetahuan prasarat ( apersepsi ) untuk mempelajari topic yang baru.
III.Kesimpulan dan Saran.
1. Kesimpulan
Pembelajaran matematika akan efektif apabila guru selalu berupaya melibatkan siswa secara aktif sejak dimualinya pembelajaran sampai berakhirnya pembelajaran. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran matemtika antara lain sebagai berikut :
1.Membuat dan melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif sejak awal hingga akhir kegiatan pembelajaran.
2.Menggunakan alat peraga, alat bantu, dan media untuk mempermudah pemahaman konsep dan menjadikan pembelajaran lebih menarik.
3.Menggunakan berbagai teknik dalam mengajar.
4.Menggunakan metode yang bervariasi agar tidak monoton dan untuk mengurangi atau menghilangkan kejenuhan siswa.
5.Mengajar dengan penuh antusias agar siswa termotivasi.
2. Saran
Sebagai guru matematika bertanggung jawab atas kesuksesan pelaksanaan pembelajaran matematika. Oleh karena itu disarankan kepada rekan-rekan guru matematika agar :
1.Terus berusaha meningkatkan profesionalisme.
2.Selalu berusaha melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika.
3.Membelajarkan matematika secara menarik.
4.Selalu berusaha menggunakan alat peraga atau alat bantu dalam pembelajaran matematika untuk mempermudah pemahaman siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Melvin L. Silbermean, 2006 : Active Learning, Bandung, Nusamedia
Moh. Uzer Usman, 1995 : Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya
Dwi Astuti, 2007 : Upaya Meningkatkan Keterlibatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di SD Gemawang I, Yogyakarta, UNY
Depdiknas, 2006 : Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika, Jakarta, Depdiknas
Jalal Supriyadi, 2001 : Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta, Adicita.
Sadiyo, 2001, Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan No. 4 Jilid 8 Halaman 271-281
Ebbut, s. & Straker, A (1995) Children and mathematics: Mathematic in primary school, Part 1. London: Collins Educational
Selasa, 06 Januari 2009
THE FINAL REFLECTION OF LESSON PLAN LEARNING MATHEMATIC
Essence competence are will, attitude, skill, experience. Will cover intention prayer, religion, service, optimist, apperception, and motivation. Motivation come from energy. Energy come from instinct. Motivation will determine activity.
Study mathematic is activity mathematic which shaped voice, movement, think, hand, et al. Will consist of instinct. Instinct make energy, energy make motivation and motivation make activity.
Kinds of energy
If grow because argument certain be call make activity motivation which as a purpose.
If energy product from education, activity which implementation is complex.
If this energy weak and not have an aim so will product activity which disordered.
If instinct which more serious difficult explicit as potency. It Activity which fact.
So as if psychology life is potency if we will going deep about this instinct me will be call will second quality so this all the contrary need student. The student motivation wish that need. Some time become dilemma because the teacher so need as if instinct because the teacher as usual man.
We can not free from range mathematic. Un usually intensive in our mind always in frame work. Carry out with devotion religious service, and the god has the high position which nothing push away measure. So something philosophy about our sense many matter which we not know. So if we look for god, don’t only in idea. Please do it. So we will meet the god.
Philosophy mathematic still in above philosophy. To reflection the same as this means with philosophy mathematic. Contextual learning can increase faith so I must always try to deconstruction or to revitalization lesson plan in order that become lesson plan which contextual and be able to become medium religious service and increase faith.
Life is translate and to translated (Hermeneutic of theory). In some where be translated by angel. We also translate, that is translate condition student and need student in context the more day increasingly the best.
The mission principal education mathematic is how according to God’s omnipotence student dynamist in sail through this life. I’m as teacher will always try dynamist.
Teacher in Indonesia still not yet can like butterfly which traveling the word. The example teacher which traveling the word is teachers from Japan, Australian, and Holland. They are teacher standard international.
Teacher standard international like octopus which was coil around body teacher in Indonesia but not feel because we still states in lesson plan first quality.
In Indonesia this now spring up school standard international. So I as teacher feel necessary prepare my self and always try to become teacher student international with try full feel 3 criterion prophesy, that is :
Professional in sector science mathematic and education mathematic.
Professional in bring out learning mathematic.
Professional in increase prophesy education mathematic.
I will to try make use of ICT (blog) as medium fly to travel the word, in spite of fly which no actually, because not yet legitimate. How now as teacher capable sincere in create paradigm about this ICT. Constraint very much, but I know potential with in blog their impact which I feel reality very good because the ICT was not irresistible again. I as teacher must aware.
No matter how high the science prepare is as which as for we become witness which good to education mathematic (in Indonesia). The witness which good is witness which last, can learn, can see, and capable take action again or give solution.
Minggu, 28 Desember 2008
I WANT TO CHANGE
More and more teory learning mathematic which I know bymeans of labor affairs Dr. Marsigit. Farmerly, I think exspository method is the best method in mathematic learning. The fact this method in method clsic, ortodox, and konventional.
Now, I aware why my student fast bored and dislike learning mathematic. Maybe I was apply mathematic vertical which very load on student.
As long as, I less invalue student as if active in teching. I assumtion that not easy to involue student and then material not fast finish. Reality my assumtion is'nt right. By involue student as if active learning mathematic more pleasure and more easy to be understand.
Involment student in learning mathematic be do as if group actually student more pleasure learnng mathematic. Can decrease or to be lost morried in learning mathematic. By study as if group the student can mutually help,can mutually interaction social, and mutually bear mutual respect and able to take surplus and deficit another man.
This as long as I'm teaching mathematic almost not preparations and planning previosly. If will application learning cooperative inovative, impossible not previously and planning previosly. So at now I will try make preparations and planning previosly implementation learning appropriate with article Dr. Marsigit about preparations learning mathematic. I will leave behind conventional lerning. I want allways expand innovation mathematic learning. I will allways fight althought more challenge. Becouse I want to change. I hope Allah bless us, Amin....